Cerita Pendek - Adam Hilmy Fathan A (B. Indo)
Libur sekolah masih berjalan. Sudah 2 hari menjelang ulang tahun Zali, dan teman-temannya belum mendapatkan kabar apapun darinya. Ia tidak pernah terlihat online di media sosial seperti WhatsApp atau Facebooknya. Malik dan Dimas sudah mencoba menghubungi telepon seluler miliknya terus-menerus, tapi belum sekalipun diangkat olehnya. Hari Rabu ini, mereka akan mencoba menanyakan kabarnya kepada keluarganya di rumahnya.
Seketika mereka sampai di rumah Zali, Malik dan Dimas melihat ibunya sedang berkebun. Malik hendak menanyakan kepada ibu Zali mengenai keberadaan anaknya. "Assalamu'alaikum ibu, ada Zali ga?' ucap Malik. "Wa'alaikumussalam nak, Zali sedang di kamarnya, masuk aja gapapa," kata Ibu Zali. "Baik ibu, makasih," ucap Dimas.
Keduanya memasuki rumahnya yang indah, tetapi sederhana. Lampu-lampu kuning tertata dengan rapi di langit-langit. Dinding kelabu ke putih-putihan menyelimuti ruangan, dengan tangga kayu berwarna cokelat muda yang menuju lantai atas. Saat melihat-lihat rumah Zali, Dimas melihat pintu kamar yang padanya tertulis huruf Z.
"Eh Mal, kayaknya itu deh kamarnya Zali," ucap Dimas kepada Malik. "Oh, yang ada huruf Z nya yah? Ya sudah, mari kita coba jenguk," kata Malik. Mereka berdua mengetuk pintunya dan mengucap salam. "Silakan masuk," ujar suara lembut Zali. Dimas dan Malik memasuki kamarnya.
"Eh, Zal! Kamu ngapain aja? Kami berdua khawatir, masa dikit lagi ulang tahun kamu, kok gaada kabar?" tanya Malik. "Iya nih, ga cuma kami, temen-temen kelas kita juga penasaran kamu dimana," ucap Dimas. "Oh, begitu ya? Yaa, aku sih selama beberapa hari ini cuma berdiam diri di rumah sih," kata Zali. "Lah kok, kalo kamu cuma diem aja di rumah, harusnya kamu sesekali ngecek handphone kamu kan?" ujar Dimas, terheran. "Oh, engga. Aku sih berdiam diri cuma belajar doang, juga ngaji jika ada waktu luang," ucap Zali.
Malik dan Dimas terkagum. Selama ini, temannya bukannya bermain, ataupun menongkrong dengan teman lainnya. Sebaliknya, ia mengerjakan hal-hal yang produktif, walaupun sudah waktu libur. "Keren juga yah, Zal," kata Malik. "Jujur, aku pun tidak bisa berpikir untuk menjadi serajin kamu," ucapnya. "Ehe, bukan apa-apa kok," ujar Zali. "Eh, ngomong-ngomong, kamu mau ga kita belajar bareng kapan-kapan? Kan semester depan ujian nih, trus kan kalo belajar bareng harusnya lebih seru daripada sendirian, kan? Apalagi ama temen pinter kayak kamu loh Zal, hehe," kata Dimas. "Eh, boleh juga yah," ujar Malik. "Oh, boleh kok, kabari aja aku kapan kalian ada waktu, nanti kita rencanain mau kapan yah," ucap Zali. "Siap Zal!" ucap Dimas dan Malik. Selama mereka bertiga berbincang, Ibu Zali telah menyiapkan makan siang untuk mereka. "Naak, makan yuk! Udah jam satu siang nih, Malik ama Dimas ikut juga yah!" teriak ibunya Zali. "Baik buu!" ucap mereka bertiga.
Comments
Post a Comment